Berawal dari Tukang Sapu: Andre, Ahli Kimia Asal Indonesia

Berawal dari sebuah gubuk kecil di tengah pedalaman daerah Jawa Timur, Andre pemuda 20 tahun tinggal bersama ibunya yang hanya mengandalkan hidup dari bertani. Setiap pagi, Andre bersama ibunya selalu menggarap sawah, ya hanya itulah satu-satunya peninggalan almarhum ayahnya. Di selang bertani menemani sang ibu, Andre selalu menyisihkan waktunya untuk belajar buku-buku kimia bekas ia belajar di SMA. Berharap bisa meneruskan kuliah, tapi tak apa Andre sudah cukup bersyukur dengan keadaan yang dia peroleh selama ini.

Sampai suatu ketika ibunya jatuh sakit keras, membuat Andre harus memutar otak bagaimana cara memperoleh uang lebih untuk pengobatan ibunya. Penderitaan itu semakin bertambah, ketika ternyata tidak ada satupun rumah sakit di daerahnya yang sanggup menangani penyakit ibunya, dan terpaksa dirujuk ke kota. Di situ Andre hanya bisa terus berikhtiar dan berdoa, berharap Tuhan dapat membantunya. Namun apa daya, penghasilan Andre sama ibunya selama ini hanya dari bertani. Tabungan sudah mulai habis, semua sudah dilakukan, mulai dari hutang dengan tetangga, membantu perkebunan tetanga, hingga mencari kayu bakar di tengah malam. Sungguh disayangkan, semua itu belum cukup untuk memenuhi pengobatan ibu dan makannya sehari-hari. Sampai akhirnya Andre memutuskan untuk menjual sawah warisan ayahnya, untuk kemudian membawa ibunya di rumah sakit Jakarta.

Setibanya di kota, sang ibu langsung dirawat di rumah sakit pemerintah terbesar di sana, dengan harapan ibunya dapat sembuh. Untuk tetap mempertahankan uang hasil penjualan sawahnya, Andre menjadi tukang sapu di Universitas Indonesia. Ya, apa daya Andre hanya lulusan SMA, dan di Jakarta masih banyak sekali lulusan SMA yang mengaggur. Di selang pekerjaannya menyapu halaman, Andre sering mendengarkan perkuliahan melalui luar jendela. Sang Profesor datang dan menyampaikan materi kuliah, Andre fokus mencatat di bukunya yang usang. Usai itu, inilah yang Andre tunggu-tunggu yaitu sesi tanya jawab, Andre ingin menguji pelajaran kesukaannya tersebut. Profesor pun memberi pertanyaan kepada mahasiswanya, tapi tak ada satupun yang bisa menjawab. Sampai pada akhirnya Andre kecepolsan menjawab pertanyaan tersebut dari luar jendela. Profesor mengatakan "siapa itu yang menjawab?", Andre pun tertunduk malu karena sang Profesor melihatnya dari dalam kelas. Kemudian Andre disuruh masuk ke dalam kelas oleh Profesor. Muka memerah, pandangan menunduk ke bawah, Andre malu-malu tapi penasaran ingin masuk ke dalam kelas kampus yang selama ini dia idam-idamkan. Semua mata tersorot padanya, kemudian Profesor berkata "luar biasa, kamu berhasil menjawab pertanyaan kimia sekelas S3, padahal saya menguji pertanyaan kepada mahasiswa yang saya sangka tidak mungkin ada yang dapat menjawab, tapi kamu bisa". Sang profesor pun meminta Andre untuk menemuinya setelah jam perkuliahan selesai di kantornya.

Andre buru-buru menyelesaikan pekerjannya menyapu halaman, daun demi daun yang jatuh Andre sapu hingga bersih tanpa sisa. Kemudian Andre menemui Profesor di kantornya, diketuklah pintu dan Andre dipersilahkan masuk. Masuk ke perbincangan awal, Andre menceritakan kehadirannya di Universitas itu sebagai tukang sapu dan masalah penyakit ibunya. Betapa terkejutnya Andre ternyata Profesor tersebut adalah wakil rektor di kampus nomor satu di Jakarta itu, dan Andre ditawarkan beasiswa dengan syarat IPK tidak boleh di bawah 3,5, jika kurang dari angka tersebut Andre terpaksa drop out. Namun Andre berani menerima tawaran tersebut dan mulai kuliah di jurusan kimia.

Siapa sangka Andre menjadi mahasiswa berprestasi di kampus, walau di sela-sela perkuliahan dia menyapu halaman tapi Andre tidak mengecewakan sang Profesor yang memberikannya beawsiswa. Selama Andre berkuliah, ibunya tidak tahu-menahu. Sampai akhirnya ibunya harus dioperasi, dan Ande mulai bingung masalah biaya. Namun Tuhan Maha pengasih lagi maha penyayang, ternyata sang profesor telah membiayai seluruh pengobatan ibunya. Hingga operasinya berhasil, dan ibunya mengalami koma bertahun-tahun. Andre tetap merawat ibunya dengan baik sambil berkuliah dan bekerja sebagai tukang sapu. Tiga tahun berlalu, sang ibu belum juga tersadar. Padahal inilah waktunya dia untuk wisuda dan ingin menunjukan hasil jerih payahnya selama ini di Jakarta untuk membanggakan ibunya. Di mana biaya pengobatan yang diberikan Profesor juga hanya sampai tahun ini, jika tahun ini ibunya belum tersadar maka dengan terpaksa dicopotlah segala alat penunjang kehidupan ibunya.

Andre terus berdoa dan penuh harap kepada Tuhan, dan inilah mukzizat datang kembali atas kebaktian Andre terhadap ibunya, ibunya mulai pulih dan tersadar. Betapa bahagianya Andre atas segala karunia Tuhan. Andre pun berhasil membawa ibunya saat acara wisuda, dan naik ke atas mimbar memberi orasi. “Terima kasih Tuhan, saya hanya seorang pemuda dari desa yang tinggal di pedalaman. Saya ke Jakarta untuk pengobatan ibu saya dan hanya sebagai tukang sapu di kampus ini. Namun Profesor memberikan saya beasiswa, beliau juga menanggung semua biaya pengobatan ibu saya tiga tahun lamanya. Terima kasih Profesor, dan saya berdiri di sini untuk ibu saya, ibu saya tercinta yang melahirkan saya hingga dapat tubuh di tengah derita sejak ayah saya meninggal sejak saya masih kecil. Engkau wanita yang luar biasa, dan ini semua untuk kau wahai ibu”. Tak kuasa sang ibu Andre menahan haru, menagis penuh kebahagiaan. Andre dapat berdiri di mimbar dan menyampaikan orasi karena menjadi mahasiswa terbaik dengan predikat cumlaude dan mendapatkan beasiswa lagi untuk meneruskan kuliah S2 di luar negeri sebagai ahli kimia.

Berlangganan Artikel Melalui Email Gratis:

0 Komentar untuk "Berawal dari Tukang Sapu: Andre, Ahli Kimia Asal Indonesia"

Posting Komentar

Perhatian!
Silahkan beri komentar Anda dengan sopan tanpa menyinggung agama atau ras tertentu.

Jika ingin menyertakan tautan/link menuju situs web tertentu, harap komentar yang berhubungan dengan topik agar komentar Anda bisa kami publikasikan. Terima kasih.