Penanganan Banjir di Perumnas III Bekasi Menggunakan Biopori

Latar Belakang
Perumnas III Bekasi adalah daerah rawan banjir yang sudah terkenal sejak pertama kali perumahan tersebut dibangun. Kontur tanah yang keras dengan dataran yang agak menjorok ke dalam lebih rendah dari dataran lainnya adalah salah satu faktor penyebab seringnya banjir di perumahan ini. Kasus banjir di Perumnas III ini sudah menjadi langganan musim hujan di setiap tahunnya. Bencana banjir yang terjadi paling parah di Perumnas III yaitu saat di penghujung tahun 2015, merendam hingga atap rumah dan korbannya harus dievakuasi oleh tim SAR.

Banjir di Perumnas III Bekasi

Upaya Warga dan Pemerintah
Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh penduduk setempat maupun pemprov kota Bekasi, diantaranya dengan membuat gorong-gorong dan selokan yang lebih dalam. Namun solusi tersebut tetap membuat kawasan sensitif banjir ini tetap terendam. Saat saya sampai di lokasi, saya mulai menganalisa apa penyebab perumahan ini tetap banjir walaupun sudah dilakukan upaya-upaya pencegahan.

Pembangunan Gorong-Gorong di Perumnas III Bekasi

Solusi Baru
Saya dapat menarik kesimpulan awal yang dapat dipahami mengapa banjir tetap terjadi, yaitu karena kurangnya resapan air. Ya, semua dataran di Perumnas ini sudah full on block, kemudian ditimpa lagi menggunakan aspal. Menurut saya "ini salah satu penyebab utamanya". Terbesit pikiran saya untuk melakukan sebuah sosialiasasi sederhana untuk warga di daerah tersebut untuk membuat biopori yang cukup mudah dibuat.

Solusi

Biopori
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata, salah satu peneliti dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Biopori

Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama biopori.

Cara Pembuatan Biopori
Pengaplikasian Biopori

  • Gali tanah dengan linggis kedalaman 30 cm, hal ini dimaksud untuk mempermudah alat pembuat lubang bekerja.
  • Teruskan membuat lubang dengan pelubang biopori hingga kedalaman 80 – 100 cm.
  • Masukkan pipa paralon sampai tepi pipa rata dengan permukaan tanah, pipa berfungsi sebagai penahan tanah disekitar lubang agar tidak longsor.
  • Masukkan daun-daun kering, sampah basah ke dalam lubang sampai penuh, hal ini dimaksud agar sampah terurai oleh cacing dan menjadi kompos.
  • Tutupi lubang dengan tutup paralon, jika tidak ada tutup paralon maka bisa diganti dengan roster/angin-angin.

Biopori di Pekarangan Warga dan Pinggir Jalan
Biopori ini dapat diaplikasikan dengan mudah di pekarangan-pekarangan warga dan di pinggir-pinggir jalan yang dinilai tidak memiliki daya serap yang baik. Alternatif ini cukup mudah dikembangkan dan tidak membutuhkan banyak biaya, apalagi jika dapat dukungan dana dari pemerintah.

Harapan
Semoga inovasi penanganan banjir sederhana dengan biopori ini mampu menangani banjir di daerah Perumnas Bekasi, setidaknya tidak lebih parah dari sebelumnya, mengingat sudah dilakukan upaya-upaya oleh pemerintah yang menurut saya "gagal" dan belum cukup efektif untuk daerah ini.

Nama: Muhamad Eko Saputra
NPM: 1B115163


Kodokoala: Sains

Berlangganan Artikel Melalui Email Gratis:

0 Komentar untuk "Penanganan Banjir di Perumnas III Bekasi Menggunakan Biopori"

Posting Komentar

Perhatian!
Silahkan beri komentar Anda dengan sopan tanpa menyinggung agama atau ras tertentu.

Jika ingin menyertakan tautan/link menuju situs web tertentu, harap komentar yang berhubungan dengan topik agar komentar Anda bisa kami publikasikan. Terima kasih.